Jakarta, Aksaraberita.com
Sutradara Joko Anwar kembali menghadirkan karya terbarunya melalui film action-thriller berjudul Pengepungan di Bukit Duri atau The Siege at Thorn High yang dijadwalkan rilis pada 2025. Melalui film ke-11 ini, ia juga berkolaborasi dengan perusahaan Hollywood, Amazon MGM Studios yang dikenal melalui melalui sejumlah film kenamaan seperti Challengers, Blink Twice, American Fiction, dan Air.
Pengepungan di Bukit Duri merupakan Film Indonesia bergenre thriller yang disutradarai oleh Joko Anwar. Tak hanya menampilkan aksi menegangkan, film ini menggambarkan perjuangan moral dan etika di tengah krisis sosial yang memuncak.
Mengambil latar belakang tahun 2027, film ini menggambarkan Indonesia dalam keadaan sosial yang kacau akibat diskriminasi dan kebencian rasial. Kisahnya berfokus pada seorang guru pengganti bernama Edwin (Morgan Oey) yang ditugaskan untuk mengajar di SMA Duri.
Joko mencoba meramu teknis penyajian film aksi garapannya agar tidak terkesan mengglorifikasi kekerasan, tetapi justru menyentuh psikis dari penonton tentang apa yang ingin disampaikan dalam film Pengepungan di Bukit Duri.
“Walaupun tetap film ini akan menghibur dari segi karakter, plot, cerita, dan sebagainya, tapi di balik itu juga ada isu yang sangat penting. Setelah 17 tahun menimbang-nimbang dan menajamkan skenarionya, saya merasa baru saat ini cukup dewasa untuk membuat film ini,” katanya.
Karakter-karakter yang hadir dalam film Pengepungan di Bukit Duri masing-masing akan memberikan perspektif yang berbeda dalam memandang dan merespons kekerasan tersebut. Setiap karakter dengan latar belakang yang kompleks, dihadirkan untuk menjadi refleksi bagi penonton.
“Kenapa kami mengambil tema remaja karena remaja adalah fase yang paling krusial dalam masyarakat. Apakah kelompok remaja ini nantinya akan menjadi surplus demografi untuk sebuah negara, atau justru menjadi beban. Jadi penting banget untuk disorot masalah remaja ini,” sambungnya.
Sementara, Tia Hasibuan selaku produser mengatakan kolaborasi tersebut terjadi lantaran Amazon MGM Studios yang tengah membuka peluang kerja sama proyek film dengan rumah produksi internasional. Di sisi lain, Come and See Pictures juga tengah mencari kolaborator. Akhirnya keduanya pun bekerja sama sejak 2021, hingga akhirnya merampungkan proyek film ini pada 2024.
“Kami ingin mencari partner terbaik, yang benar-benar memiliki visi yang sama dengan Come and See Pictures, dan visi cerita yang mau kami sampaikan ke khalayak,” ucapnya.
Selain sekolah, ada pula set lain yang menunjukkan sebuah latar pecinan underground yang mengindikasikan sebuah kemunduran meski secara latar waktu terjadi di Indonesia masa depan. Banyak sampah berserakan, coretan di berbagai tempat umum, hingga dunia luar yang lebih berantakan.
“Lebih rusuh, lebih banyak orang yang berani mengekspresikan diri tapi tidak dengan cara yang benar. Jadi banyak terjadi perusakan di mana-mana. Total hari set-nya sendiri sekitar 2 minggu lebih, dengan 60–70 set builder. Jadi masing-masing ruangan kami coba bangun ceritanya,” kata desainer produksi Dennis Sutanto.
James Farrell selaku Vice President International Originals Amazon MGM Studios mengatakan kolaborasi ini menandai pencapaian penting bagi pihaknya, lantaran untuk pertama kalinya rumah produksi berlogo singa itu bekerja sama dengan perusahaan produksi film dari Asia Tenggara untuk perilisan film bioskop. Termasuk, menjadi kolaborasi pertama dengan Joko Anwar.
“Kami sangat antusias untuk mempersembahkan hasil kerja sama kami dengan tim Come and See Pictures menghidupkan visi unik Joko Anwar ke layar lebar bagi penonton Indonesia,” ujarnya.
Sinopsis film Pengepungan di Bukit Duri
SMA Duri tempat Edwin mengajar merupakan sekolah untuk anak-anak bermasalah. Selain itu dia juga harus berhadapan dengan siswa-siswa yang agresif serta terlibat dalam kekerasan.
Edwin, diperankan oleh aktor Morgan Oey, bukanlah tokoh protagonis biasa. Ketika awalnya mengira tugasnya sebatas mengajar, situasi segera berubah menjadi lebih rumit. SMA Duri, tempatnya mengabdi, mendadak terkepung oleh kekerasan dan ketakutan.
Sekolah yang awalnyaremaja biasa, kini menjadi medan pertempuran hidup dan mati. Edwin, yang tak pernah membayangkan dirinya harus bertarung untuk bertahan hidup, kini berjuang di tengah konflik mematikan. Kisah ini tak hanya menyuguhkan adegan aksi dan pertarungan fisik, tapi juga pertarungan moral dan etika di tengah krisis.
Latar sosial yang penuh diskriminasi menciptakan konflik yang nyata, seolah mengingatkan penonton pada rapuhnya batas antara harmoni dan kehancuran dalam kehidupan sosial. Joko Anwar berusaha meramu kisah ini dengan cermat, memadukan ketegangan dengan refleksi tentang ketidakadilan sosial dan urgensi yang terjadi di masyarakat.
Film Pengepungan di Bukit Duri akan tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 17 April 2025 yang dibintangi oleh Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana. (Ag)